Obyek Wisata

OBJEK WISATA DI BALI

    
Danau Bedugul Danau Bedugul berlokasi pada ketinggian daratan sekitar 1.239 meter di atas permukaan air laut dan terdapat sebuah pura di pinggir danau Bedugul yang bernama Pura Ulun Danau Beratan. Keunikan inilah yang membuat wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang berkunjung sangat terkesan. Mereka tidak hanya bisa melakukan wisata sejarah, namun juga dapat menikmati keindahan alam di kawasan tersebut.

PURA ULUN DANU
Pura Ulun Danau Beratan, bangunan puranya sangat mencirikan khas Bali, yaitu bangunan yang memiliki atap bertingkat, menara dengan atap 11 tingkat, 7 tingkat, dan 3 tingkat. Menara tersebut menyimbulkan kepercayaan umat Hindu di Bali terhadap tiga dewa, yakni Dewa Wisnu ( 11 tingkat), Dewa Brahma ( 7 tingkat) dan Dewa Siwa ( 3 tingkat).
Danau Bedugul yang juga disebut danau Beratan mempunyai kedalaman hingga 23 meter. Biasanya wisatawan menyewa perahu tradisional atau perahu bermotor untuk mengelilingi danau agar dapat menikmati pemandangan danau dari jarak dekat. Bagi yang suka tantangan, anda dapat mencoba water sport di Bali. Seperti paraseling, banana boat, dan jet ski tentunya bukan di Danau Bedugul tapi di Tanjung Benoa. Namun bagi yang tidak suka olah raga air, aktivitas memancing menjadi pilihan yang sangat tepat sambil menikmati indahnya pemandangan dan segarnya udara di pinggir danau.

    
TANAH LOT
Tanah Lot adalah salah satu obyek wisata terkenal di pulau Bali. Terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Jaraknya sekitar 13 km ke arah barat kota Tabanan. Dari Bandar udara Ngurah Rai dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dengan kendaraan bermotor jika tidak terjadi kemacetan.

PURA TANAH LOT BALI
Dibangun pada dua tempat yang berbeda. Satu terletak di atas bongkahan batu besar, dan satunya lagi terletak di atas tebing yang menjorok ke laut mirip dengan Pura Uluwatu. Tebing inilah yang menghubungkan pura dengan daratan dan bentuknya melengkung seperti jembatan.
Pura ini merupakan bagian dari Pura Dang Kahyangan di Bali, sebagai tempat memuja dewa-dewa penjaga laut. Pura ini akan kelihatan dikelilingi air laut  pada saat air laut pasang. Di bawahnya terdapat goa kecil yang didalamnya ada beberapa ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, berwarna hitam berbelang kuning. Menurut cerita ular laut tersebut adalah jelmaan dari selendang perdiri pura yaitu seorang Brahmana dari Jawa yang mengembara ke Bali. Beliau adalah Dang Yang Nirartha. Ular itu diutus sebagai ular penjaga pura ini.
    
PURA TAMAN AYUN Pura Taman Ayun Mengwi berlokasi di Desa Mengwi, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali. Jika anda berangkat dari kota Denpasar, anda harus menempuh jarak sekitar 28,8 km ke arah jalan sunset road dengan waktu tempuh sekitar 40 menit jika tidak terjadi kemacetan lalu lintas jalan raya. Bila tidak membawa kendaraan pribadi, wisatawan dapat memanfaatkan angkutan umum jurusan Denpasar – Singaraja atau Denpasar – Bedugul. Kemudian wisatawan bisa turun di persimpangan jalan di Desa Mengwi, dan melanjutkan perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki sekitar 250 meter.

Taman Ayun dalam bahasa Bali, bermakna taman yang cantik. Pura Taman Ayun ini memiliki pemandangan yang indah. Pesonanya berasal dari kolam yang mengelilingi kompleks bangunan pura yang berada di atas lahan seluas 4 hektare. Dari kejauhan kolam tersebut terlihat seperti gelang air, sehingga seolah-olah bangunan pura berada di atas permukaan air. Pemandangan yang indah tersebut semakin lengkap dengan tumbuhnya rerimbunan pohon pohon dan bunga-bunga di sekitar bangunan pura.
Kompleks pura Taman Ayun Bali ini terdiri dari tiga bagian, yaitu ruang terbuka, bangunan utama, dan bangunan-bangunan yang diperuntukkan bagi dewa dan dewi. Pada bagian pertama yang digunakan untuk berbagai kegiatan religius dan panggung kesenian, wisatawan bisa menikmati indahnya susunan meru, yaitu pagoda dengan atap bertingkat-tingkat khas bangunan pura-pura di Bali. Sedangkan pada bagian kedua, wisatawan akan menjumpai bangunan bernama Bale Pelik yang dihiasi oleh seni ukir, relief, serta patung Dewa Nawa Sanga yang sangat indah.

Daya tarik yang lain yang dapat dinikmati oleh wisatawan yang berwisata ke tempat ini adalah peninggalan Kerajaan Mengwi yang berada sekitar 300 m dari pura itu, serta Museum Manusa Yadnya. Dalam museum tersebut, wisatawan bisa menyaksikan upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, mulai dari dalam kandungan sampai meninggal.
    
    

PANTAI JIMBARAN
Jimbaran adalah nama desa di Kabupaten Badung, Bali, Indonesia. berlokasi di daerah selatan pulau Bali, kurang lebih 15 menit dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Di pantai Jimbaran terdapat cafe -cafe yang menghidangkan makanan laut (seafood) Selain itu kawasan Jimbaran juga sangat terkenal dengan terdapatnya hotel-hotel mewah. Jimbaran dulunya adalah desa para nelayan.

Jimbaran, terletak diantara kawasan pariwisata Nusa Dua dan international airport Ngurah Rai. Kawasan ini juga memiliki pantai dengan pasir putih dan sangat terkenal dengan warung makanan laut atau seafood cafe sambil menikmati suasana pantai dan sunset.

Begitu banyak terdapat seafood cafe di daerah ini, menawarkan beraneka ragam menu dengan harga yang bervariasi, sebaiknya anda menanyakan kepada supir kami, restouran atau cafe yang memberikan makanan yang enak, dengan pelayanan yang ramah, dengan penawaran harga yang kompetitif dan cafe ikan yang menawarkan hiburan, disaat anda menikmati hidangan makanan. Sebaiknya anda datang sebelum matahari terbenam,  karena anda akan mendapatkan suasana pantai dengan langit yang berwarna-warni, kami sarankan kepada anda, agar jangan sampai anda melewatkan moment indah ini selama anda di pulau dewata bersama teman atau keluarga anda.
    
WISATA BELANJA PUSAT OLEH-OLEH KRISNA
Bila anda datang berlibur ke Dewata tidaklah berkesan kalau tidak membeli oleh-oleh untuk keluarga dan teman. Banyak tempat yang menawarkan hal tersebut dan salah satunya adalah Krisna Bali yang menyediakan berbagai cindera mata khas Bali.
Krisna Bali merupakan toko yang menawarkan berbagai produk ciri khas Bali yang menarik berupa beranekaragam bentuk design T-Shirt kartun tentang Bali yang diproduksi sendiri, unik, lucu dan menarik yang tidak ada ditempat lain. Selain itu di Krisna juga terdapat cemilan, kerajinan tangan, bed cover, pernak pernik, tas kreasi, silver, lukisan, seni pahat, anyaman dan masih banyak produk-produk hasil karya para pengrajin Bali, yang tidak kalah bagusnya.

Harga barang di krisna Bali tidak jauh berbeda dengan ditempat lain, seperti di Sukawati. Di Krisna Bali pengunjung yang datang tidak perlu susah-susah menawar, bahannya sedikit lebih bagus dengan pilihan yang lebih banyak.

OBJEK WISATA DI JOGJA

    
JALAN MALIOBORO
Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini. Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman. Sejarah penamaan Malioboro terdapat dua versi yang cukup melegenda, pertama diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Marlborough, seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari tahun 1811 M hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta Malioboro berarti “karangan bunga” dikarenakan tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 – sekarang Malioboro masih terus bertahan dengan detak jantung sebagai kawasan perdagangan dan menjadi salah satu daerah yang mewakili wajah kota Yogyakarta.
Sepanjang jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang berkunjung di kawasan ini, menikmati pengalaman wisata belanja sepanjang bahu jalan yang berkoridor (arcade). Dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual  pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat lain. Pengalaman lain dari wisata belanja ini ketika terjadi tawar menawar harga, dengan pertemuan budaya yang berbeda akan terjadi komunikasi yang unik dengan logat bahasa yang berbeda. Jika beruntung, bisa berkurang sepertiga atau bahkan separohnya. Tak lupa mampir ke Pasar Beringharjo, di tempat ini kita banyak dijumpai beraneka produk tradisional yang lebih lengkap. Di pasar ini kita bisa menjumpai produk dari kota tetangga seperti batik Solo dan Pekalongan. 
Mencari batik tulis atau batik print, atau sekedar mencari tirai penghias jendela dengan motif unik serta sprei indah bermotif batik. Tempat ini akan memuaskan hasrat berbelanja barang-barang unik dengan harga yang lebih murah. Berbelanja di kawasan Malioboro serta Beringharjo, pastikan tidak tertipu dengan harga yang ditawarkan. Biasanya para penjual menaikkan harga dari biasanya bagi para wisatawan.

    
KRATON YOGYAKARTA
Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.
Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Bangunan Kraton Yogyakarta sedikitnya terdiri tujuh bangsal. Masing-masing bangsal dibatasi dengan regol atau pintu masuk. Keenam regol adalah Regol Brojonolo, Sri Manganti, Danapratopo, Kemagangan, Gadungmlati, dan Kemandungan. Kraton diapit dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukurang kurang lebih 100×100 meter. Sedangkan secara keseluruhan Kraton Yogyakarta berdiri di atas tanah 1,5 km persegi. Bangunan inti kraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter). Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung. Ada lima pintu gerbang yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah Timur Laut kraton. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat Daya. Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah Barat. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah Selatan. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah Timur. Dalam benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk mobilisasi prajurit dan persenjataan. Keempat sudut benteng dibuat bastion yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh.

    
CANDI PRAMBANAN
Prambanan adalah salah satu kompleks candi terbesar di Asia Tenggara yang kaya dengan arca dan relief. Kompleks candi ini terletak di Desa Prambanan dan secara administratif masuk dalam dua kabupaten dan dua provinsi sekaligus. Yaitu Kabupaten Sleman Provinsi DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Jaraknya  sekitar 20 km dari kota Yogyakarta dan 40 km dari kota Surakarta. Selain karena berada di perbatasan, kompleks candi juga terjangkau dari berbagai arah karena berada langsung di pinggir Jalan Raya Yogyakarta - Solo.

Kompleks candi Prambanan dibangun sekitar tahun 850 Masehi. Masih belum pasti apakah Prambanan dibangun oleh Rakai Pikatan, raja kedua Wngsa Mataram I atau Balitung Maha Sambu semasa Wangsa Sanjaya. Namun para peneliti besepakat bahwa kompleks candi Prambanan ditinggalkan dan mulai rusak tidak lama setelah selesai dibangun. Candi Prambanan juga dikenal dengan nama lain, yaitu candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang. Nama yang kedua ini terkait dengan legenda dibangunnya candi.

Dalam legenda dikisahkan, candi Prambanan dibangun oleh Bandung Bondowoso untuk memenuhi persyaratan dari Rara Jonggrang. Awalnya, Bandung Bondowoso yang jatuh hati pada kecantikan Rara Jonggrang hendak melamar putri raja itu. Rara Jonggrang yang tak mencintai Bandung Bondowoso tak berani menolak lamaran itu secara langsung. Makanya ia mengajukan syarat yang sulit pada Bandung Bondowoso, yaitu membangun candi dengan seribu arca. Dengan kesaktiannya, Bandung Bondowoso hampir dapat memenuhi persyaratan itu. Namun pada arca yang ke 999, Rara Jongrang meminta bantuan warga untuk menumbuk padi dan membuat api besar sehingga ayam pun berkokok karena mengira pagi telah datang. Bandung Bondowoso yang murka karena merasa dicurangi kemudian mengutuk Rara Jonggrang menjadi arca yang ke 1000.

Kekayaan Prambanan akan relief bahkan menghasilkan berbagai cerita dan simbolisasi. Kisah Rama - Sinta merupakan salah satu yang tergambar di relief Prambanan. Dari relief salah satu candi di kompleks Prambanan pula burung mistik Garuda yang digambarkan sebagai setengah manusia setengah burung dikenal. Konon, dijadikannya Garuda sebagai lambang negara terinspirasi dari candi ini. Kini kompleks candi Prambanan telah menjadi salah satu objek wisata paling diminati di Yogyakarta. Sejak 1991, kompleks candi Prambanan ditetapkan sebagai cagar budaya dunia oleh UNESCO.

Dalam kompleks candi terdapat tiga candi utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut melambangkan Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Setiap candi menghadap ke timur dan berdekatan dengan candi pendamping yang menghadap ke barat. Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi. Candi-candi utama di kompleks Prambanan menjulang tinggi sampai 47 meter, lebih tinggi lima meter dari Borobodur. Candi juga dikelilingi taman yang dapat dijadikan tempat istirahat pengunjung.

    

PANTAI PARANGTRITIS
Parangtritis merupakan pantai paling populer di Yogyakarta. Ada dua hal yang membuat Parangtritis ramai dibicarakan: pemandangan matahari terbenamnya yang romantis di kala senja dan mitos Nyai Rara Kidul. Banyak orang percaya Pantai Parangtritis adalah gerbang kerajaan gaib Nyai Rara Kidul yang menguasai laut selatan. Selain itu Parangtritis juga dikenal dengan ombak besar dan  bukit-bukit pasirnya, atau biasa disebut gumuk. Pada musim kemarau biasanya angin bertiup lebih kencang, dan ombaknya rata-rata  setinggi  dua sampai tiga meter. Sebagai kawasan wisata, Parangtritis dikelola dengan cukup baik oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul.  Mulai dari fasilitas penginapan sampai pasar yang menjajakan souvernir khas tersedia di Parangtritis.

Pantai ini hanya 27 km dari Kota Jogja. Untuk mencapai Parangtritis, anda dapat menggunakan mobil pribadi atau angkutan umum, yaitu bus kota. Untuk yang memilih angkutan umum, anda dapat naik dari terminal Umbulharjo. Ada dua pilihan rute: melalui Imogiri-Siluk atau Kretek. Jika anda ingin memanjakan mata selama perjalanan pilihlah rute Imogiri-Siluk. Melalui rute Imogiri-Siluk, anda akan melewati pemakaman keluarga kerajaan dan disuguhi pemandangan bukit kapur yang indah dan unik. Tapi jika anda ingin cepat sampai ke Parangtritis, pilihlah rute Kretek.

    
CANDI BOROBUDUR
Keagungan Candi Borobudur masih bergelanyut tirai misteri  kapan didirikan dan siapa pendirinya. Arkeolog Prof. Dr. Soekmono menerangkan tulisan singkat yang terpahat di atas relief kaki candi (Karmawibhangga) menjadi salah satu simpul garis huruf yang bisa diketemukan di berbagai prasasti akhir abad VIII sampai dengan awal abad IX. Periode tersebut di Jawa Tengah berkuasa raja-raja dari Wangsa Dinasti Syailendra yang menganut agama Buddha Mahayana. Tidak ketinggalan pula Prof. Dr. J.G. Caspris melakukan penelitian dari sebuah prasasti yang berasal dari abad IX. Hasil penelitian tersebut mengungkap tabir misteri silsilah tiga Wangsa Syailendra yang secara berurutan memegang pemerintahan, raja Indra putranya Samaratungga, kemudian putri Samaratungga Pramodya Wardani. Periode pemerintahan raja Samaratungga pembangunan candi Borobudur dimulai dengan nama Bhumu Sam Bhara Budhara yang dapat ditapsirkan sebagai bukti peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisatwa. Kerena penyesuaian pada Bahasa Jawa, akhirnya Bhara Budhara diganti menjadi Borobudur.
Seorang arsitek Prancis Jacques Dumarcay, memperkirakan Candi Borobudur didirikan pada jaman kebesaran Dinasti Syailendra pada periode 750-850 Masehi. Masa keemasan Dinasti Syailendra tidak hanya berhasil mendirikan Candi Borobudur melainkan berhasil menjalankan ekspansi di Kekaisaran Khmer di Kamboja. Berhasil menjalankan kerajaan Khmer putra mahkota dibawa ke Jawa dan setelah cukup waktu dikirim kembali ke Kamboja dan menjadi raja bergelar Jayawarman II pada tahun 802 Masehi. Dalam penelitiannya lebih dalam lagi Jacques Dumarcay memberikan gambaran detil bahwa Candi Borobudur dibangun dalam 4 tahap dengan perkiraan sebagai berikut: Tahap Pertama sekitar tahun 775 Masehi. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak, tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar. Dibangun tiga undakan pertama yang menutup struktur asli piramida berundak dan penambahan dua undakan persegi, pagar langkan dan satu undak melingkar yang diatasnya langsung dibangun stupa tunggal.

Tahap Kedua sekitar tahun 790 Masehi. Banyak arkeolog menduga perancangan Candi Borobudur sekarang ini didasarkan pada perancangan awal candi tersebut. Perancangan awal Borobudur ditengarai adalah stupa tunggal yang sangat besar memahkotai puncaknya yang membahayakan tubuh dan kaki sehingga memutuskan untuk membongkar stupa raksasa diganti dengan tiga barisan stupa kecil dan stupa induk seperti sekarang ini. Pada periode ini bersamaan dengan pembangunan Candi Kalasan,tahap kedua Lumbung tahap kedua dan Sojiwan.tahap pertama.

Tahap Ketiga sekitar tahun 810 Masehi. Terjadi perubahan rancang bangun, undak atas lingkaran dengan stupa tunggal induk besar dibongkar dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa yang lebih kecil dibangun berbaris melingkar pada pelataran undak-undak ini dengan satu stupa induk yang besar di tengahnya. Karena alasan tertentu pondasi diperlebar, dibangun kaki tambahan yang membungkus kaki asli sekaligus menutup relief Karmawibhangga. Para arkeolog menduga bahwa Borobudur semula dirancang berupa stupa tunggal yang sangat besar memahkotai batur-batur teras bujur sangkar. Karena itulah diputuskan untuk membongkar stupa induk tunggal yang besar dan menggantikannya dengan teras-teras melingkar yang dihiasi deretan stupa kecil berterawang dan hanya satu stupa induk. Untuk menopang agar dinding candi tidak longsor maka ditambahkan struktur kaki tambahan yang membungkus kaki asli. Struktur ini adalah penguat dan berfungsi bagaikan ikat pinggang yang mengikat agar tubuh candi tidak ambrol dan runtuh keluar, sekaligus menyembunyikan relief Karmawibhangga pada bagian Kamadhatu. Pada periode tahap ketiga ini bersamaan dengan dibangunnya Candi Kalasan III, Sewa III, Lumbung III, Sojiwan II

Tahap Keempat sekitar tahun 835 Masehi. Ada perubahan kecil seperti penyempurnaan relief, penambahan pagar langkan terluar, perubahan tangga dan pelengkung atas gawang pintu, serta pelebaran ujung kaki. Pada tahun 835 Masehi bersamaan dengan pembangunan Candi Gedong Songo tahap pertama, Sambisari, Badut tahap pertama, Kuning, Banon, Sari dan Plaosan.

OBJEK WISATA DI LOMBOK

 
GILI TRAWANGAN
Gili Trawangan adalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil atau gili yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut, Trawangan memiliki fasilitas untuk wisatawan yang paling beragam; kedai "Tîr na Nôg" mengklaim bahwa Trawangan adalah pulau terkecil di dunia yang ada bar Irlandia-nya. Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini.



Trawangan punya nuansa "pesta" lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.

Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
    

PANTAI KUTA LOMBOK
Pantai Kuta mempunyai latar belakang yang sama dengan beberapa pantai lain yang berada di Lombok, adalah pasir pantainya yang bentuknya butiran-butiran sebesar merica. Keunikan tersebut jarang sekali bisa Anda jumpai di pantai lainnya diluar Pulau Lombok. Butiran-butiran pasir yang relatif besar seumpamanya dibandingkan dengan butiran pasir biasa tersebut bakal menimbulkan sensasi yang beda ketika Anda menginjaknya.

Kekayaan panorama di Pantai Kuta juga lengkap dengan adanya perbukitan pasir putih yang berada di sekelilingnya. Bukit-bukit pasir tersebut seakan-akan membentuk pegunungan kecil yang mengapit Pantai Kuta. Perpaduan antara gradasi warna biru dan hijau dari air laut dengan perbukitan pasir itu membuat indahnya yang akan susah dilupakan serta membuat liburan wisatawan makin berarti.

    

PANTAI SENGGIGI
Pantai Senggigi adalah tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Letaknya di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tetapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Memasuki area pantai Senggigi, wisatawan seta merta disapa oleh lembutnya angin semilir yang menenangkan. Pesisir pantainya masih asri. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar. Terumbu karangnya menjulang ketengah menyebabkan ombak besarnya pecah di tengah.

    
DESA BANYUMULEK
Desa Banyumulek terkenal karena merupakan sentra kerajinan gerabah khas Lombok. Desa ini terletak di Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat. Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh dengan menggunakan angdes jurusan Bertaik ke Segenter, Lombok Tengah, lalu turun di Rumak. Dari Rumak dapat  diteruskan perjalanan kembali ke Banyumulek. Dari kota Mataram dapat menghabiskan jarak tempuh sekitar 14 km.

Sebagian besar penduduk desa ini, yakni 80 % bermata pencaharian sebagai pengrajin gerabah. 95 % pengrajinnya adalah wanita yang berjumlah tidak kurang dari 2.000 orang. Sedangkan para pria bertugas untuk menyiapkan bahan baku dan proses pembakaran gerabah. Di kalangan warga desa, keahlian membuat gerabah lazimnya diwariskan lewat garis darah. Anak-anak mempelajarinya sejak usia belia. Dalam sehari, pengrajin senior bisa menghasilkan 10 gerabah kecil setinggi 4-5 centimeter. Keuletan dan kesabaran jadi kunci dalam menghasilkan produk bermutu tinggi. Hasil-hasil gerabah ini telah diakui oleh masyarakat dunia dan menjadi bagian dari komoditi ekspor Indonesia.

Awalnya, gerabah yang diproduksi hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, seiring kemajuan zaman serta berkembangnya pariwisata Lombok, maka gerabah semakin melebarkan sayapnya. Gerabah yang sekarang tidak lagi hanya untuk dibentuk sebagai kendi, gentong, maupun tong sampah, namun gerabah juga dibentuk sedemikian rupa menjadi pajangan rumah yang bernilai seni.

    

DESA SUKARARA
Desa Sukarara, merupakan desa penghasil kerajinan tenun songket Lombok yang terkenal. Lokasinya berada di luar jalur jalan negara, Kecamatan Jonggot, Lombok Tengah. Perjalanan menuju desa ini dapat ditempuh menggunakan angkutan umum dari Bertais ke Praya dan turun ketika menjelang sampai di Puyung. Kemudian dapat dilanjutkan dengan memakai jasa ojek menuju Sukarara. Desa ini berjarak sekitar 25 km dari kota Mataram. Disarankan, bila berkunjung ke desa ini sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau sewaan, mengingat angkutan umum yang jarang untuk ditemui.
Seperti dikenal sebelumnya bahwa Sukarara adalah sentra penghasil songket terbesar di Lombok. Hal ini sudah menjadi bagian dari komoditi hingga merambah pasaran luar negeri. Tenun songket merupakan kain tenun yang dibuat dengan teknik menambah benang pakan dengan hiasan-hiasan dari benang sintetis berwarna emas, perak, dan warna lainnya. Hiasan itu disisipkan di antara benang lusi. Terkadang hiasan dapat berupa manik-manik, kerang, maupun uang logam.

Setibanya di Sukarara, maka pengunjung akan langsung disambut oleh kaum perempuan berpakaian adat Sasak. Mereka dengan sigap mendemonstrasikan keterampilan mereka dalam menenun. Beberapa toko biasanya menyuguhkan tontonan teknik-teknik menenun kain songket, hal tersebut dapat langsung dilihat oleh para pengunjung. Teknik-teknik tersebut merupakan teknik tradisional sederhana yang masih dilakukan oleh pengrajin, yakni mulai dari mengolah benang (menggunakan pemberat yang diputar-putar dengan jari-jari tangan, pemberat tersebut berbentuk seperti gasing terbuat dari kayu), hingga menjadi selembar kain yang berwarna warni. Pengunjung yang berminat pun dapat turut serta mencoba menenun seperti perempuan-perempuan sasak itu.